Thomas Aquino Kinantyo
Selamat Datang di thomaskinantyo.blogspot.com

Minggu, 10 Oktober 2010

DIKTAT PUTRA ALTAR

1. Sikap tubuh:
a. Berdiri → Kegembiraan dan penghormatan → Prosesi masuk sampai doa pembukaan, alleluia sampai injil, aku percaya, kudus, bapa kami dan komuni, berkat
b. Duduk → Mau mendengarkan → Bacaan pertama sampai bacaan kedua, homili, dan setelah komuni
c. Hormat lutut → Mengormat secara mendalam dan tanda kesungguhan kerendahan hati → Menuju dan meninggalkan altar (lampu suci menyala)
d. Hormat kepala → Sikap setia dan pelayanan yang tulus → Saat memberikan atau meneriam dari romo dan menghormat meja altar atau hosti kudus
e. Berlutut → Kerendahan hati begitu mendalam → Doa umat, doa syukur agung, anak domba Allah, doa penutup
f. Mengangkat tangan ke dahi → Sikap penghormatan dan kesetiaan mendalam → Saat hosti dan anggur kudus ditahtakan

2. Simbol-simbol:
a. Roti tak beragi / hosti → Peran serta umat Allah bersama Allah dalam perjamuan Kudus
b. Air dan anggur → Usaha manusia dengan bantuan Allah untuk melakukan pertobatan
c. Lilin → Kehadiran Kristus ditengah-tengah kita
d. Dupa → Pengiring doa dan ujub yang dibawa bersama wanginya dupa
e. Minyak suci → Tanda pengurapan Allah dan kedekatan-Nya

3. Ritus dan Doa:
a. Ritus Pembuka
• Tanda Salib dan Salam
• Tobat
• Madah Kemuliaan
b. Liturgi Sabda
c. Liturgi Ekaristi
• Persiapan persembahan
• Doa Syukur Agung
• Bapa Kami
• Doa Damai
• Pemecahan Roti
d. Ritus Penutup

4. Perlengkapan putra altar:
a. Mozeta → kerah atau slyer yang dikenakan di leher sesuai dengan warna liturgi saat itu
b. Alba → jubah putih yang dikenakan putra altar
c. Singel → tali yang dikenakan di pinggang, warnanya sesuai dengan warna liturgi saat itu

5. Perlengkapan lain dalam liturgi:
a. Kasula → mantel atau jubah besar yang dikenakan romo sesuai dengan warna liturgi
b. Stola → selendang panjang yang dikenakan oleh romo sesuai dengan warna liturgi saat itu
c. Amik → kain segi-4 yang dikenakan romo atau diakon sebelum memakai alba (tidak wajib)
d. Velum →kain atau mantel suci yang dikenakan romo sebelum mengangkat monstran atau benda suci lainnya dan velum tidak boleh menyentuh tanah.
e. Superpli → sejenis alba namun hanya sebatas perut, biasanya dikenakan diakon setelah memakai alba

6. Warna-warna liturgi:
a. Hijau → Masa biasa / tidak ada peringatan, melambangkan kesuburan
b. Merah → Kemartiran, digunakan saat Jumat Agung, atau peringatan martir
c. Putih → Perayaan, sukacita, digunakan saat Paskah, Natal, dll.
d. Ungu → Kedukaan, dukacita, penantian, digunakan saat masa prapaskah, adven, dll.
e. Hitam → Kesedihan mendalam, biasanya digunakan saat misa arwah

7. Alat-alat liturgi:
a. Piala → cawan yang digunakan romo untuk minum anggur dan air (1)
b. Purificatori / Purificatorium → kain berlipat 3 berguna untuk membersihkan piala(2)
c. Sendok kecil → digunakan untuk mengambil anggur atau air (sangat jarang digunakan) (3)
d. Patena → piring kecil untuk meletakkan hosti besar (4)
e. Hosti besar (5)
f. Pala → papang segi-4 berfungsi menutupi piala atau sibori (6)
g. Korporal → kain berlipat 9 yang berfungsi sebagai alas piala di meja altar (7)
h. Wiruk → tempat arang dan mengeluarkan asap sebagai simbol penghantar doa dan ujub
i. Dupa → mengeluarkan aroma wangi sebagai simbol pengiring doa dan ujub kita kepada Tuhan dalam wangi-wangian
j. Sibori → tempat untuk menaruh hosti dalam jumlah banyak, dan bentuknya menyeruapai piala
k. Piksis → tempat untuk menaruh hosti dalam jumlah sedikit, biasanya digunakan untuk melakukan pelayanan kepada orang sakit atau jompo
l. Monstran → digunakan untuk pengtahtaan Hosti Kudus dan digunakan saat Kamis Putih dan Jumat Pertama
m. Ampul →digunakan untuk meletakkan air dan anggur
n. Cerek lavabo → digunakan untuk cuci tangan dan mengelap romo (1 paket)
Nb: 1 – 7 adalah urutan dalam piala persembahan



“Servite domino in leatitia” artinya “Semua indah pada waktunya”

Selasa, 20 Juli 2010

Misdinar Fun Camp

KITA JUGA BISA

MISDINAR FUN CAMP
DEKENAT JAKARTA SELATAN

Pertama
Februari 2010 yang lalu, kami perwakilan pengurus Putra Putri Altar se-Dekenat Jakarta Selatan berkumpul di Gereja Saanta Perawan Maria Ratu (Blok-Q). Pertemuan ini sebenarnya merupakan prakarsa Rm. Steve Winarto, Pr yang saat itu ingin menghidupkan misdinar dekenat Jakarta Selatan, sehingga kegiatan berorganisasi tidak hanya di lingkungan paroki namun bisa mencapai organisasi lintas paroki. Misdinar Dekenat Jakarta Selatan meliputi 6 Paroki yaitu Tebet, Jagakarsa, Pasar Minggu, Blok-Q, Cilandak, dan Blok-B.
Tentu saja upaya ini cukup sulit, apa lagi kami belum saling mengenal satu sama lain namun dengan berjalannya waktu kamipun mulai akrab satu dengan yg lain. Hasil rapat yang kami peroleh saat itu adalah pembentukan kepengurusan Misdinar Dekenat Jakarta Selatan. Kepengurusan tersebut melibatkan teman-teman pengurus masing-masing paroki se-Dekenat Jakarta Selatan.
Waktu terus bergulir, kamipun mulai mematangkan acara. Tentu saja masalah demi masalah muncul, apa lagi ini merupakan kegiatan pertama kami. Sebuah tantangan besar yang harus kami raih bersama.
Berjalannya waktu, akhirnya mimpi kami terwujud dalam sebuah kegiatan yang bernama Misdinar Fun Camp. Kegiatan camping ini menjadi tantangan sekaligus bukti komitmen kami membentuk suatu kepengurusan organisasi dengan lingkungan yang cukup luas. Acara ini berlangsung dari hari Senin 5 Juli 2010 hingga Rabu 7 Juli 2010. Sengaja kami menyiapkan hari tersebut dengan pertimbangan bahwa hari Sabtu dan Minggu merupakan waktu bagi kami melayani Tuhan. Rapat dan pertemuan sering kami lakukan dengan berganti-ganti tempat pertemuan.

Kedua
Berdasarkan pengalaman teman-teman yang melakukan perjalanan terlebih dahulu (Advance Team) pada hari Minggu 4 Juli 2010. Kondisi puncak padat merayap, sebab perjalanan yang dilakukan pada pukul 09.00 WIB baru tiba di Mandalawangi – Cibodas pukul 18.00 WIB. Gelapnya malam, dinginnya suhu, hingga hujan yang turun menambah beratnya persiapan acara. Komunikasipun terus kami lakukan dengan teman-teman panitia yang berangkat di hari Senin.
Hari Senin 5 Juli 2010, kami bersama teman-teman misdinar SE-Dekenat Jakarta Selatan berkumpul di Gereja Keluarga Kudus (Pasar Minggu). Kendaraan yang kami gunakan adalah tronton Marinir dengan kapasitas 50 orang. Perjalanan pagi itu sangat menyenangkan. Canda, tawa, gurau, hingga lawakan menghiasi perjalanan kami semua.
Dengan jalan memutar melalui Jonggol, akhirnya kami sampai di Mandalawangi pukul 11.00 WIB, sesuai dengan rundown semula kami. Jalan setapak yang jauh mengawali kegiatan kami. Rasa lelah dan pegal membawa perlengkapan dari lapangan parker menuju lapangan acara menjadi pengalaman tersendiri bagi kami.
Acara hari itu dimulai dengan ice breaking yang dibawakan oleh Kak Rocky. Perkenalan panitiapun dilakukan dengan cara yang unik menambah kehangatan jalannya acara. Istilah Jaim (Jaga Image) tidak berlaku selama acara camping ini. Kemudian makan siang menjadi acara kami selanjutnya. Selama 3 hari kami harus tidur dalam sebuah tenda pleton ukuran 6 m x 14 m. Tenda besar yang membawa kehangatan satu sama lain.
Kegiatanpun hampir dimulai, namun tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, sehingga harus merubah rundown yang ada. Tetapi inilah yang namanya camping untuk mengenal alam lebih dekat dengan lingkungannya. Setelah hujan reda, acara dilanjutkan dengan session “Aku dan Diriku” yang dibawakan oleh Kak Tyas, Kak Rani, dan Kak Gaby. Riang, canda, seru, dan senang mewarnai jalannya session. Setelah session, kami dibagi dalam 8 kelompok untuk melakukan sharing. Sebuah perjumpaan yang menyenangkan ketika kami mau untuk berbagi satu dengan yang lain.
Setelah sharing selesai, kamipun kembali ke tenda untuk mengambil peralatan mandi. Setelah mandi, kamipun kembali dengan kegiatan session. Namun kondisi alam tidak mengijinkan. Listrik mengalami gangguan sehingga malam itu gelap gulita. Sentir-sentir kecil menerangi selama jalannya acara. Justru hal tersebut menambah kehangatan diantara kami. Ice Breaking-pun berjalan cukup seru di lapangan terbuka dengan penerangan sentir (obor) dan bintang-bintang. Kemudian acara dilanjutkan dengan renungan malam. Dan tentu bisa ditebak, setelah itu kami tidur.
Keesokan harinya, Selasa 6 Juli 2010 kami bangun pukul 06.00. Banyak kejadian lucu menemani pagi hari yang gelap itu. Alarm hp panitiapun berbunyi bersautan terus menerus, suara-suara alarm yang lucu membuat kami mudah terbangun dan memulai pagi yang cerah dengan mandi.
Setelah mandi pagi, kami semua bergegas untuk makan pagi bersama. Tentu saja namanya camping tidak seru kalau tidak bernyanyi, maka kami mempunyai yel-yel makan yang menambah serunya acara.


Acarapun dilanjutkan dengan session “Aku dan Keluarga”. Session kali ini dibawakan oleh Kak Kinan bersama Kak Rocky. Awal session dimulai dengan melihat gambar-gambar ilusi sebagai gambaran pikiran kita yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kemudian dilanjutkan dengan renungan serta sharing yang dibawakan oleh Kak Rocky. Dan acara tangis-tangisanpun terjadi saat surat ayah dibacakan oleh Pak Ari serta surat mama yang dibacakan oleh Tante Eli. Sebuah renungan yang membawa suasana pada saat itu. Kegiatan sharing-pun ditutup dengan Doa yang dilakukan segenap panitia kepada masing-masing peserta.
Kemudian hujan deraspun turun. Acara kembali terhenti dan baru dilanjutkan dengan kegiatan Out Bond yang merupakan pos-pos games. Tawa, canda, riang, senang, lumpur menemani setiap permainan kami. Walupun kotor tetapi kami sangat bergembira saat itu. Seperti salah satu slogan “Karena kotor itu baik” maka kami semua bermain lumpur. Tidak luput para panitia yang dikerjain habis-habisan oleh peserta.
Akhirnya permainan itu ditutup dengan bersih-bersih diri. Setelah itu kami melanjutkan kegiatan dengan makan malam, dan session. Dan hari itu ditutup dengan api unggun. Sungguh malam yang menyenangkan. Dan satu hal yang tidak kami lupakan, diselang waktu senggang, kami bernyanyi serta bercanda bersama.

Malam yang indah itu ditutup dengan tidur, walaupun beberapa dari kami masih bercanda bersama panitia. Tidur nyenyak menemani malam kami yang dingin.
Rabu 7 Juli 2010, kami memulai kegiatan dengan olahraga pagi. Senam maupun ice breaking yang membangun kehangatan diantara kami dan sekaligus mengusir dinginnya pagi.
Siang itupun diisi dengan session “Aku dan Pelayanan” yang dibawakan oleh Kak Rocky dan Tante Eli. Senang, riang, canda menemani kegiatan kami saat itu. Tentu saja lagu-lagu ice breaking yang penuh gaya menjadi penghangat diantara kami. Tidak ada lagi rasa sungkan atau malu diantara kami.
Waktu luang yang ada setelah session kami gunakan dengan bermain sepak bola, dan becanda gurau bersama. Tidak terasa hari itu menjadi hari terakhir bagi kami. Dan akhirnya kami kembali menuju Gereja Pasar Minggu. Kemudian kamipun kembali menuju rumah kami masing-masing. Terima Kasih Tuhan atas berkat-Mu yang tidak terbatas kepada kami… .. Dan kami terus menunggu kejutan-kejutan dalam kegiatan Misdinar Dekenat Jakarta Selatan… 